
PETUNJUK TEKNIS
LOMBA BACA PUISI COK SAWITRI 2024
TEATER SASTRA WELANG – BALI
PENDAFTARAN:
1. Mengirim biaya pendaftaran sebesar Rp. 50.000 ke Rekening BCA 7680455940 a/n Mochamad Zaenal Efendi. Bukti transfer kirim ke No. WA panitia.
2. Peserta membagikan Poster dan PDF PETUNJUK TEKNIS LOMBA BACA PUISI COK SAWITRI 2024 di 4 Group WhatsApp (WAG). Screenshot bukti posting dikirim ke No. WA panitia. (Dapatkan Poster dan PDF Petunjuk Teknis Lomba dari Panitia No. WA 085237005070)
3. Peserta membagikan POSTER LOMBA di Reel IG tag @satriowelang. Screenshot bukti posting dikirim ke No. WA panitia.
4. Mengirim biodata, foto peserta dan bukti transfer ke WA Panitia: (085237005070) yang kemudian akan mendapat konfirmasi resmi keikutsertaan lomba. Biodata berisi nama, usia, instansi/perorangan, alamat, email, no hp dan foto bebas.
6. Usia peserta bebas.
7. Pendaftaran DITUTUP 25 NOVEMBER 2024 pukul 23.59 wita. (namun akan ditutup sewaktu-waktu jika kuota peserta terpenuhi).
PENGUMPULAN VIDEO PEMBACAAN:
1. Peserta membuat 2 video terpisah, pembacaan puisi wajib dan puisi pilhan karya Cok Sawitri.
Puisi Wajib berjudul Pada Kematian Aku Bernaung
Puisi Pilihan:
Peserta memilih salah satu dari 5 Puisi Pilihan sebagai berikut:
Penjaga Rahim
Pejalan II
Aku Pernah Bertemu Kesedihanmu
Kini Rindu Asingkan Aku
Tutue Ikan Paya
2. Format video: landscape. Setengah Badan. Ekspresi wajah peserta tampak jelas.
3. Durasi masing-masing video maksimal 5 menit.
4. Kedua video pembacaan puisi diunggah terpisah di platform YOUTUBE
dengan format penulisan: JUDUL PUISI_KARYA COK SAWITRI _DIBACAKAN OLEH_ (NAMA PESERTA) – (KOTA PESERTA)
Contoh: PADA KEMATIAN AKU BERNAUNG KARYA COK SAWITRI DIBACAKAN OLEH SATRIO WELANG (DENPASAR)
dengan membubuhkan hastag :
#sastrawelang_coksawitri
#teatersastrawelang
#bacapuisi_coksawitri2024
5. Setiap video pembacaan boleh diiringi musik, baik diputar saat pembacaan maupun dimasukkan pada saat proses editing (dengan catatan musik yang dipakai bebas royalti/tidak melanggar hak cipta).
6. Batas akhir pengiriman 2 tautan/link video Youtube adalah 25 NOVEMBER 2024 Pukul 23.59 Wita
7. Pengiriman tautan Youtube ke no. WA Teater Sastra Welang (085237005070) beserta biodata, bukti transfer dan foto peserta.
8. Peserta yang telah mendaftar namun tidak mengumpulkan tautan video pada batas yang ditentukan yakni 25 NOVEMBER 2024, dianggap mengundurkan diri.
PENGUMUMAN PEMENANG
1. Pengumuman pemenang yakni pada tanggal 10 Desember 2024. Pukul 20.00 WITA di platform Youtube @mochsatriowelang dan Berita Acara Pemenang akan diumumkan secara resmi di website: www.teatersastrawelang.com
2. Penentuan Juara ditetapkan oleh Dewan Juri yang terdiri dari Warih Wisatsana, Wayan Jengki Sunarta dan Moch Satrio Welang. Keputusan Dewan Juri bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.
3. Kriteria Penilaian (Penghayatan, Vokal, Intonasi, Ekspresi, Penampilan)
HADIAH
1. Juara 1 memperoleh Piala, Piagam, Uang Rp. 700.000 dan Buku Sastra
2. Juara 2 memperoleh Piala, Piagam, Uang Rp. 500.000 dan Buku Sastra
3. Juara 3 memperoleh Piala, Piagam, Uang Rp. 400.000 dan Buku Sastra
4. Harapan 1 memperoleh Piala, Piagam, Uang Rp. 300.000 dan Buku Sastra
5. Harapan 2 memperoleh Piala, Piagam, Uang Rp. 250.000 dan Buku Sastra
6. Harapan 3 memperoleh Piala, Piagam, Uang Rp. 200.000 dan Buku Sastra
7. Uang hadiah pemenang diberikan pada tanggal 20 Desember 2024 melalui transfer rekening, dan hadiah lainnya akan dikirim ke alamat masing-masing pemenang.
TEATER SASTRA WELANG – BALI
PUISI WAJIB:
COK SAWITRI
PADA KEMATIAN AKU BERNAUNG
pada usia daun-daun kenyeri
ulat aku yang tak mimpi jadi kupu
siapa pemintal yang menjeratku
dalam anyaman sarang
panaskan dirimu
agar sayap tumbuh
pada kering daun-daun kenyeri
digantungnya pikiran pada angan
siapa sudi dikurung kepompong?
aku tak ingin menjangkau langit
mendayung angin pun, tak!
pada usia tunas daun
aku mematahkan benang-benang halus
mari, kematian jadilah pohon penaung
biarkan kebosanan ini berteduh
terbangkan saja aku ke sana
keringkan saja seluruh hidup
lalu melayang jatuh
seperti kering daun
pada usia daun-daun kenyeri
aku percaya kematian bernaung
penuh bahagia.
(Batubulan, Bali)
————————————————————
5 PUISI PILIHAN:
COK SAWITRI
TUTUE IKAN PAYA
kau si kecil yang mengirim lengkingan
meninggi dalam lelap
kemarilah
barisan gigimu menyipitkan mata
sentak ujung kakimu
berlari liwati jembatan
hei, tunggu
seekor ikan paya menyambar
pancing ini
kau si kecil yang berindap-indap
menahan tawa diantara pohon cahaya
kagumi ingatan rasa tanah
yang tersimpan di ikan-ikan paya
liwati jembatan ini
lengkingan lagi tawamu
ikan paya ikan paya
riang dibawah jembatan
menyimpan tawa
hingga kering barisan gigimu
di ujung sana kereta-kereta menanti
dengan lega kau berkata; tutue ikan paya, ayah!
(Banda Aceh)
—————————————
COK SAWITRI
KINI RINDU ASINGKAN AKU
jalanan yang rindang justru asingkan aku
pohon-pohon asam saling berhadapan mengapit pandangan
dalam riuh penjaja makanan: jagung bakar, kelapa muda…
pantaimu tetap lengang
tak ada satu pun perahu siap bersandar
oh, saat tunduk hindari debu angin
jerit pohon ketapang rindukan tangan pemahat
gigilkan pelepah bunga kelapa, luruh tanpa sebab
jatuh kemilau yang pernah penuhi dada
kini jadi desis pasir dihantam riak ombak
ah, kerinduan telah usang, padamu
jadi ingatan dalam tumpukan kelelahan
luang waktu pusaran yang mengisap
tak jadi alasan buat bertemu
lagi, entah berapa kali pukulan ombak ke karang
memintamu untuk bertimbang
mari temani perjalanan tanpa tujuan ini
jangan lepas layang-layang ke langit tinggi
semua langkah ada tujuan
kau ulurkan tali, membungkus diri dalam jarak
mengirim gemuruh ciutkan nyali
hingga lepas dalam hentakan angin
masih juga kau mengira layang-layang tengah menari!
kini,
lusuh sudah kembang di tangan
yang tersisa lembab peluh di telapak
aku bukan peramal,
yang pandai menerka keinginan
sebab jarak bikin kesan dalam ingatan
tak ada cinta buatku
usanglah rindu dikeringkan angin pantai
kemilaunya pejam mata…
apa guna sapamu
kini, tangismu asingkan aku
dalam cekat angin yang melunglaikan
sebagai ketapang salahkan pertumbuhan
mengira pemahat pemburu pohon
tak akan kuulang buat kedua ataukah ketiga
sekali sandaran tak tersedia di pantai
semua perahu mengalihkan tujuan
biarlah kering diasinkan kecipak gelombang
di lain pantai sauh masih dapat dilabuhkan.
(Senggigi)
————————————————-
COK SAWITRI
AKU PERNAH BERTEMU KESEDIHANMU
aku pernah bertemu kesedihanmu
menyalami dalam percakapan lirih
dukacita memang jelita, tak mudah dilupa
kemilau airmata menggores gambar cahya
lalu kita menjadi dekat
lalu kita menjaga jarak
aku pernah bertemu kecemburuan
bertukar tatap mata dalam tebal kabut
prasangka memang renyah, mudah patah
kecewa menemukan lecutannya
lalu kita menjadi bisu
lalu kita merasa terganggu
aku pernah berkawan lekat dengan patahati
setia berkawan kemana pergi
kehilangan mengenalkan hampa
senyapnya membebaskan
lalu kita bertemu lagi
lalu kita melupakan jarak
tapi dukacita terlalu jelita
bersahabat dengan kecewa
aku pernah bertemu dengan kesedihanmu
seperti memajang potret kesayangan
setiap hari ingatkan akan kemilau airmata
lalu kita kehilangan tawa
lalu kita terbiasa kecewa
menjumpai dukacita mengikatnya
menjadikannya teman setia!
(10 November 2015)
——————————————-
COK SAWITRI
PEJALAN II
memberi wajah sang penari
ketika kerling memutar semesta
langit di ubun
akar di jiwa
adalah jemari lentik
memetik embun malam
mengukir diri
diri
sebagai batu
dimana sungai mengalir menuju laut
musim singgah dan burung
melepas lelah
diri
sebagai jiwa
yang tak pernah mati
ketika kerling memanggil semesta
bulan bintang dalam pejam mata
memutar seirama
diri
menghitung denyut nadi
digetarkan jiwa
ketika tulang menjadi batu
jemari terus menari
(Bali Post, 14 Jan 1996 )
———————————————-
COK SAWITRI
PENJAGA RAHIM
magali punya rahasia
jatuh cinta di usia belia, bikin mata bunda ternganga
oh, dunia, rambutku putih juga olehnya
terasa meregang tubuh menahan isinya
suka ria di matamu, anakku
membuat wajah bunda merah tembaga
hei, ini rahasia, anakku
setiap helai putih di rambut wanita
itu pahatan keluh kesah kisah dunia
bila hendak kau baca:
rabalah perlahan, rasakan getarnya
masuki pejamnya. Asinnya tak asing bagi rindumu
magali punya rahasia
suatu ketika seekor ikan berenang di sebuah kolam
berbenteng kelambu sembilan bulan tak kenal waktu
cipaknya menggapai telapak garis tangan
sekali waktu, bunda lalai
seluruh tidur dilarikannya sepanjang malam
seutuh rindu ditembakkannya pada mata nyalang
sampai luruh airmata merayu pertemuan
tak tertahan hasrat terserap ke dalam
hening kolam rumahmu yang pertama
dimana aku ingin pula berenang di sana
magali punya rahasia
bunda terpana menghitung usia
terasa mesra gelombang di kolam
seekor ikan tak bosan berenang
terumpan waktu
mari anakku, kita jaga berdua
rahasia dunia.
(Bali Post, 18 April 1999)
TENTANG PENULIS
COK SAWITRI
Lahir di Sidemen, Karangasem, Bali, 1 September 1968 – 4 April 2024.
Pertengahan tahun 2006, ia berkolaborasi dengan Dean Moss dari New York dalam acara Dance Theater. Selain sebagi aktivis teater, Cok juga menulis beberapa artikel, puisi, cerita pendek dan juga aktif dalam aktifitas budaya sosial sebagai pendiri Forum Perempuan Mitra Kasih Bali ditahun 1997 dan Kelompok Tulus Ngayah ditahun 1989.
Cok tercatat sebagai salah satu dari penasehat The Parahyang untuk majelis Desa Pekraman atau desa dat) di Sidemen, Karangasem, Bali. Ia juga aktif dalam organisasi yang bergerak dalam bidak perempuan dan kemanusiaan sampai grup-grup teater di Bali.
Menurutnya teater di Bali sangat berbeda dari teater lain di Indonesia, atau di dunia pada umumnya. Perbedaan yang sederhana adalah teater di Bali sangat berdasarkan pada proses kreatif budaya di pulau tersebut. Pertunjukan di Bali umumnya menampilkan kekuatan dan semangat.
Karya-karya dari Cok sawitri adalah Meditasi Rahim (1991), Pembelaan Dirah dan puisi Ni Garu (1996), Permainan Gelap Terang (1997), Sekuel Pembelaan Dirah (1997), Hanya Angin Hanya Waktu tahun (1998), Pembelaan Dirah pada festival monolog (Bali, 1999), Puitika Melamar (2001), Anjing Perempuanku, (Denpasar, Singaraja, Karangasem, 2003), Aku Bukan Perempuan (2004), Badan Bahagia, bagian dari wisuda Gumi, episode pertama (Pembelaan Dirah di Ubud, dan Pusat Seni Provinsi Bali pada 2005).
Novelnya yang terbit berjudul Janda dari Jirah (2007), Sutasoma (2009), Tantri Perempuan Yang Bercerita (2011), Sitayana (2019), Trilogi Jirah (Janda dari Jirah, Si Rarung, Manggali Kalki, 2021).
Sempat menjadi juri dalam ajang Sawma Awards (2011), Sawtaka Nayyotama Awards (2013) dan Siwa Natajara Literary Award (2015) Teater Sastra Welang Bali.
Meraih Penghargaan Tokoh Seni Pilihan Tempo 2018 dan Anugerah Bali Jani Nugraha dari Pemerintah Provinsi Bali 2022.
PROFIL DEWAN JURI :
WARIH WISATSANA
Lahir 20 April 1965. Meraih Taraju Award, Borobudur Award, Bung Hatta Award, Kelautan Award, SIH Award, Anugerah Bali Jani Nugraha dari Pemerintah Provinsi Bali (2020) dan Bali-Dwipantara Nata Kerthi Nugraha dari ISI Denpasar (2022). Diundang sebagai pembicara dan membaca karya pada beragam festival nasional dan internasional. Puisinya diterjemahkan dalam Bahasa Belanda, Italia, Inggris, Jerman, Portugal, dan Perancis. Buku kumpulan puisi tunggalnya; Ikan Terbang Tak Berkawan (Kompas,2003), May Fire and Other Poems (Tiga Bahasa, Lontar, 2015), Batu Ibu (KPG, 2019) meraih Lima Besar Kusala Sastra Khatulistiwa 2018 dan Buku Puisi Rekomendasi Tempo 2018, Kota Kita (Sahaja Sehati, 2018) merupakan Lima Besar Buku Puisi Pilihan Anugerah Hari Puisi 2018. Kelananya di Paris dibukukan dalam Rantau dan Renung II (KPG dan Forum Jakarta- Paris, 2002). Menjadi kurator berbagai pameran seni rupa, festival seni dan redaksi halaman puisi Harian Nusa Bali. Pada tahun 2023 dianugerahi World Peace Artist Award dari Arts & Culture, Korea, atas capaian karya dan dipandang berkontribusi mewujudkan jalinan kerja sama seni budaya lintas bangsa.
WAYAN JENGKI SUNARTA
Lahir di Denpasar, 22 Juni 1975. Menamatkan pendidikan Antropologi Budaya di Fakultas Sastra, Universitas Udayana, Bali. Sempat kuliah seni rupa di ISI Denpasar. Mulai menulis puisi sejak awal 1990-an, lalu merambah ke penulisan prosa liris, cerpen, feature, esai atau artikel seni budaya, kritik atau ulasan seni rupa, dan novel.
Tulisan-tulisannya dimuat di Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, Jawa Post, Republika, Suara Pembaruan, Sinar Harapan, Pikiran Rakyat, Suara Merdeka, Bali Post, The Jakarta Post, Lampung Post, Nova, Jurnal Nasional, Jurnal Kebudayaan Kalam, Majalah Sastra Horison, Majalah Gong, Majalah Visual Art, Majalah Arti, Majalah Warisan Indonesia.
Buku kumpulan cerpennya yang telah terbit adalah Cakra Punarbhawa (2005), Purnama di Atas Pura (2005), Perempuan yang Mengawini Keris (2011). Sedangkan buku kumpulan puisinya adalah Pada Lingkar Putingmu (2005), Impian Usai (2007), Malam Cinta (2007), Pekarangan Tubuhku (2010), Montase (2016), Amorfati (2018), Petualang Sabang (2019), Solilokui (2020), dan Jumantara (2021). Novelnya berjudul Magening terbit tahun 2015. Karyanya juga dapat dibaca di Antologi Puisi Keranda Emas (Youth Corner, 2009) dan Negeri Sembilan Matahari (Sastra Welang Pustaka, 2013).
Meraih penghargaan dalam dunia kesusastraan, di antaranya Krakatau Award 2002 dari Dewan Kesenian Lampung, Cerpen Pilihan Kompas (2004), Cerpen Terbaik Kompas versi Sastrawan Yogyakarta (2004), Nominator Lomba Menulis Naskah Monolog Anti Budaya Korupsi se-Indonesia (2004), Nominator Anugerah Sastra Majalah Horison (2004), Anugerah Widya Pataka (2007) dari Gubernur Bali, Singa Ambara Raja Award (2008) dari Dermaga Seni Buleleng. Buku puisinya, Jumantara meraih Penghargaan Buku Puisi Terbaik Hari Puisi Indonesia (2021). Mendapat Anugerah Bali Jani Nugraha di bidang sastra oleh Pemerintah Provinsi Bali (2021).
MOCH SATRIO WELANG
Lahir di Surabaya, 14 April 1982. Bergabung pertama kali di Teater Orok Universitas Udayana (2003), sempat berproses kreatif bersama Kelompok SatuKosongDelapan pimpinan Giri Ratomo. Tahun 2009 ia mendirikan penerbit Sastra Welang Pustaka yang disusul setahun kemudian dengan berdirinya Teater Sastra Welang (2010).
Menggagas Sawma Awards (Sastra Welang Monologue Awards), berupa anugerah seni untuk pelaku teater di Bali. Menggagas Sawtaka Nayyotama dan Siwa Nataraja Literary Award, sayembara tahunan cipta cerpen dan puisi se-Indonesia. Menerima penghargaan aktor terbaik 2010 Gelar Teater La Jose.
Tampil dalam pentas drama, monolog, performing art dan pembacaan puisi di acara-acara sastra dan budaya diantaranya, pentas Caligula ( Teater Orok, 2003), pentas drama Death of A Salesman (Kelompok 108) di Taman Ismail Marzuki (2004), Sanur Village Festival 2010, pentas drama Kelompok 108 di Ubud Writers and Readers Festival (2006), Musim Semi Penyair (2010), Bali Creative Festival (2011), Parade Teater Arti (2011), Pesta Kesenian Bali (2005) dan (2012), Festival Seni Bali Jani (2021) dsb.
Memprakarsai penerbitan buku puisi 21 Penulis Bali, Keranda Emas (2009), Buku 100 Puisi Tema Ibu Se Indonesia, Karena Aku Tak Lahir dari Batu ( 2011). Mengagas Trilogi Sastra Kritik Sosial, diantaranya Negeri Sembilan Matahari ( 2013) , Langit Terbakar Saat Anak-Anak Itu Lapar (2013) dan Semangkuk Nasi dan Sang Presiden (2013), Burung-Burung di Langit Merah ( 2023)
Karya- Karyanya dimuat di Bali Post, Bali Tribune, Bali Bicara, Majalah Sastra Ekspresi, Jurnal Absynthe Yogyakarta, Antologi Puisi Berjalan ke Utara (Magma, 2010), Buku Cerpen Pesona Odapus (Fam Indonesia, 2012) dll.
Puisinya diterjemahkan dalam bahasa Perancis dalam Buku Puisi Couleur Femme (AF dan Forum Jakarta Paris, 2011). Meraih penghargaan ‘Enam Puisi Terbaik’ Sayembara Cipta Puisi Nusantara 2013, Fakultas Sastra Universitas Udayana. Cerpennya tergabung dalam buku cerpen dwi bahasa Inggris – Indonesia (Forum Apresiasi Sastra – Penerbit Rosda Internasional). Saat ini tengah sibuk mempersiapkan Anugerah Sastra – Siwa Nataraja Literary Award 2025, tahun mendatang.
TENTANG PENYELENGGARA
TEATER SASTRA WELANG didirikan oleh Moch Satrio Welang pada tahun 2010. Bergerak di bidang pementasan teater, penerbitan buku, penulisan sastra, pembuatan video puisi, musikalisasi puisi, lokakarya dan penyelenggaraan acara seni dan budaya.
Teater Sastra Welang berupaya menerbitkan karya sastra baik berupa kumpulan cerita pendek, puisi, novel, maupun naskah drama. Selain beragendakan penerbitan buku, Teater Sastra Welang juga menggelar sayembara sastra Sawtaka Nayyotama dan anugerah sastra Siwa Nataraja Literary Award, di bidang kesusastraan puisi dan cerpen.


