Setelah 17 Tahun, Luh Arik Sariadi Luncurkan “Nyonya Suartini”

DENPASAR, Teatersastrawelang.com- Luh Arik Sariadi, seorang guru Bahasa Indonesia yang telah lama berkecimpung di dunia sastra, dengan bangga mengumumkan peluncuran buku kumpulan cerpen perdananya, Nyonya Suartini. Diterbitkan oleh Teater Sastra Welang, buku ini adalah buah dari kerja keras dan perjalanan kreatif penulis selama 17 tahun, menyajikan 16 cerita pendek yang ditulis sejak tahun 2008 hingga 2025. Nyonya Suartini bukan sekadar kumpulan cerita; ini adalah cermin yang merefleksikan potret mendalam tentang manusia dan pergulatan sosialnya di tengah masyarakat modern.

Antologi cerpen ini menyelami beragam kisah yang berpusat pada tokoh-tokoh yang bergumul dengan berbagai aspek kehidupan: pekerjaan, hubungan keluarga, dan dinamika sosial sehari-hari. Luh Arik Sariadi dengan apik menampilkan pergulatan batin yang universal, menunjukkan bahwa setiap peran yang kita jalani—sebagai pekerja, anak, orang tua, atau anggota masyarakat—selalu disertai dengan lapisan emosi yang kompleks. 

Melalui narasi yang lugas namun menyentuh, buku ini mengajak pembaca untuk merenungi hal-hal yang lebih dalam. Cerita-cerita di dalamnya tidak hanya berfokus pada konflik personal, tetapi juga berani menyentuh persoalan-persoalan yang lebih luas, seperti prasangka, ketidakadilan, ketimpangan, serta pencarian makna kebahagiaan dalam relasi antarmanusia. Tokoh-tokoh yang diciptakan Luh Arik Sariadi terasa begitu nyata, dengan kegelisahan yang akrab dan seolah mewakili keresahan banyak orang dalam menghadapi realitas hidup yang penuh tantangan.

Antologi ini mengajak kita untuk melihat bahwa pekerjaan dan hubungan sosial adalah bagian integral dari pencarian jati diri dan makna hidup. Luh Arik Sariadi berhasil menampilkan potret manusia yang, meskipun rapuh, tak pernah berhenti berusaha menemukan tempatnya di tengah masyarakat yang terus bergerak.

Luh Arik Sariadi telah mendedikasikan hidupnya untuk pendidikan dan sastra. Sejak 2007, ia adalah seorang guru Bahasa Indonesia di SMK Negeri 3 Singaraja. Bakat menulis dan berdrama Luh Arik Sariadi diasah di Universitas Pendidikan Ganesha.

Perjalanan sastra Luh Arik Sariadi telah dihiasi oleh berbagai prestasi. Pada tahun 2004, ia memenangkan lomba naskah drama berjudul “Nyunnyan…Nyunnyen”  dalam ajang Parade Teater Perempuan 2004 yang digelar Kelompok Tulus Ngayah yang membawanya ke panggung bergengsi Taman Ismail Marzuki, di bawah asuhan seniman Cok Sawitri. Ia juga membuktikan kepiawaiannya dalam seni peran dengan meraih Juara 3 (2005) dan Juara 1 (2006) dalam Lomba Monolog yang diselenggarakan oleh Bali Eksperimental Teater pimpinan Nanoq da Kansas.

Karya-karya tulisnya juga telah diterbitkan di berbagai media dan antologi. Beberapa cerpennya pernah dimuat di harian Bali Post. Pada 2015, kumpulan dramanya yang berjudul Menyublim hingga Rahim dirilis. Ia juga menjadi salah satu dari 10 penulis puisi nominasi dalam antologi puisi Sang Guru (2019) dan menjadi kontributor dalam antologi Pendidikan Seribu Wajah (2021). Pada tahun 2024, ia menerbitkan naskah monolognya Sejak Lama  (Pustaka Ekspresi) dan cerpennya masuk dalam kumpulan cerpen 33 Sastrawan Bali Lintas Generasi, Manusia Manusia (Teater Sastra Welang).

“Saya merasa sangat bahagia dengan penerbitan kumpulan cerpen saya sendiri untuk kali pertama. Cerpen-cerpen ini saya pilih dari puluhan cerpen yang saya selamatkan dari beberapa kali pergantian komputer, mulai dari simpanan disket, flasdisk, CD, memori  eksternal, hingga print out kertas. Waktu mahasiswa saya mengetiknya di rental karena karena saya tidak punya laptop. Saya menulis cerpen-cerpen ini sejak menjadi mahasiswa hingga menjadi guru. Sekarang, saya tidak takut lagi karya saya hilang akibat perubahan teknologi karena telah dibukukan. Penerbitan ini membuat saya didatangi langsung oleh Cok Sawitri dalam mimpi. Di alam nyata, ada teman yang membeli buku ini. Ini sangat menyemangati saya untuk terus menulis,” ungkapnya dalam siaran pers yang dikirimkan.

Dengan peluncuran Nyonya Suartini, Luh Arik Sariadi memperkuat posisinya sebagai salah satu suara penting dalam sastra Bali dan Indonesia, menghadirkan karya yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mencerahkan dan menyentuh.(tsw01)

Klik di sini untuk membagikan artikel ini!

Share on facebook
Share on Facebook
Share on twitter
Share on Twitter
Share on linkedin
Share on Linkdin
Share on pinterest
Share on Pinterest

Berikan komentar atau tanggapan Anda di bawah!

Kabar Berita Selanjutnya