
DENPASAR, Teatersastrawelang.com- Minggu, 31 Maret 2013, bertempat di Nabeshima Creativespace digelar peluncuran trilogi buku dastra terbitan Teater Sastra Welang Bali yakni buku puisi “Negeri Sembilan Matahari”, buku puisi “Langit Terbakar Saat Anak-Anak Itu Lapar” dan buku cerpen “Semangkuk Nasi dan Sang Presiden”. Beragam penampilan dipentaskan pada malam itu untuk menandai penerbitan buku sastra kritik sosial, di antaranya pentas drama Teater Sastra Welang yang membawakan drama berjudul ‘Presiden Kita Tercinta’ karya Agus Noor, disutradarai oleh Dewa Monolog Hendra Utay. Pemain Moch Satrio Welang, Novi Dwi Jayanti, August Ruben Siahaan, Deddy Tri Ari Rahmad, Sukma Nusantara, Komang Adi Wiguna, Riechie Angga Indrawan dan Yenny Fetri.
Pentas Presiden Kita Tercinta, merupakan pentas yang mengkritisi sebuah negeri yang kehilangan hati nurani dengan seting kondisi istana yang riuh dengan kabar kematian presiden yang menimbulkan pergolakan , kudeta yang jadi sumber konflik dengan beragam ambisi dan keserakan yang mengitarinya.
Permasalahan penyakit sosial di masyarakat, baik itu ranah politik, sosial, budaya diangkat dalam pementasan berdurasi satu jam ini. Sutradara Hendra Utay juga melakukan pengembangan naskah dengan isu – isu terkini yang terjadi di Republik ini. Masalah pendidikan mahal, biaya rumah sakit yang mencekik leher, prilaku amoral para anggota dewan, kasus pembunuhan munir yang tiada terungkap, bahkan isu sensitif mengenai pilkada tak luput menjadi sorotan.
Pada peluncuran buku tersebut juga dimeriahkan oleh beragam pentas seni syarat kritik sosial yakni dramatisasi cerpen “Bendera” karya Pangeran Teater Moch Satrio Welang oleh Teater Ombak. Sebuah kritik terhadap tragedi 98 penindasan terhadap etnis Tionghoa di Indonesia, pemerkosaan terhadap perempuan. Sebuah upaya pementasan anti kekerasan dan melawan segala bentuk diskriminasi.
Juga tampil pentas Musikalisasi Puisi “Kota Yang Dikutuk Pemabuk” karya Wayan Jengki Sunarta dan “Korban Piramida” karya Dhenok Kristianti oleh Teater Sangsaka , pembacaan puisi oleh Jenderal Puisi Wayan Jengki Sunarta, Dhenok Kristianti, dan Penyair Kipas Api Mira MM Astra dan ditutup oleh pementasan drama “Presiden Kita Tercinta” oleh Teater Sastra Welang.
Pentas yang sarat kritik sosial ini dipersembahkan untuk peluncuran buku trilogi Sastra Kritik Sosial yakni Negeri Sembilan Matahari ( Antologi Puisi – Prosa Liris), Langit Terbakar Saat Anak- Anak Itu Lapar (Antologi Puisi – Prosa Liris) dan Semangkuk Nasi dan Sang Presiden ( Antologi Cerpen). Buku-buku ini menampilkan karya total 120 penyair dan cerpenis seluruh Indonesia di antaranya Budhi Setyawan (Bekasi), Aming Aminoedhin (Surabaya), Akaha Taufan Aminudin (Malang), Akhmad Zailani (Samarinda), Dhenok Kristianti (Denpasar), Wayan Jengki Sunarta (Denpasar), Rudy Aliruda ( Purwakarta), Ikrar Fadla Firdaus (Bandung), Beni Setia (Bandung), Achmad Arifin (Yogjakarta), Hasan Bisri (Jakarta), DG Kumarsana (Mataram) , Ratna Dewi Barrie (Lampung) , Moch Satrio Welang (Denpasar) dll.
Ratna Sarumpaet, aktifis ham dan seniman Indonesia dalam tulisan endorsementnya di buku trilogi tersebut menyatakan, “Karya – karya dalam buku ini berbicara lantang mengenai segala ketimpangan yang menjadi realitas sosial di masyarakat. Itulah tugas seniman. Mengingatkan semua pihak bahwa mayoritas masyarakat Indonesia masih jauh dari sejahtera dan Negara bertanggung jawab mengejar ketertinggalan itu.” (tsw01)





